Awal mula mengenal Kuttab

Sudah menjadi adat & kebiasaan dibeberapa pesantren bahwa, santri yang lulus dari pesantren mendapatkan amanah untuk mengajarkan apa yang didapatnya, biasanya disebut pengabdian atau amaliyatut tadriis.

.

Pengabdian atau amaliyatut tadriis ini, bisa berbeda-beda. Ada yang di pesantrennya sendiri atau diutus ke pesantren lain. Dan setiap pesantren pun juga berbeda-beda masa pengabdiannya. Ada yang cuman beberapa bulan, satu tahun atau beberapa tahun. Meskipun, pesantren sudah lepas tangan kepada santrinya, namun santri yang mengabdi harus melaporkan hasil pengabdiannya pada saat dia mengakhiri masa pengabdiannya.

.

Kalau yang berlaku di pesantren tempatku belajar adalah satu tahun. Dan tempat aku menjalankan amanah adalah di pesantren di daerah Jateng dekat dengan Semarang. Disana, aku membantu mengajar dan menyimak hafalan quran para santri.

.

Banyak pelajaran berarti diatasa bumi ini, seperti kisanku dibawah ini

Belum “Dong” yang pertama

Suatu ketika ada guru Kuttab Al Fatih (KAF) Semarang yang datang ke pesantren tempatku mengabdi. Kalau tidak salah beliau bernama ustadz Yusuf. Aku bertanya kepada beliau 

Me : darimana ustadz?

Ust : dari Semarang

Me : ngajar ya ustadz?

Ust : iya, di Kuttab Al Fatih

Me : pondok ya ustadz? Kayak gimana itu?

Ust : endak, untuk anak² usia SD, disana guru²nya sebelum mengajar harus belajar dahulu (pleno kali ya 😄) dan disana mbayarnya pakai dinar.

Me : oh… (Ngobrolin hal lain) 

Dan saya belum “Dong” dan saya menganggap diatas adalah obrolan biasa antara sesama muslim.

Belum “Dong” kedua

Suatu ketika Mudir pesantren (kepsek) tempatku mengabdi bilang kepadaku 

Mudir : ustadz,(jujur saja nggak pantes) insya Allah hari bla bla tanggal bla bla, ana ajak antum untuk ke Solo. Untuk mengikuti seminar “cara mendidik anak hafal quran”, antum mau? Kalau antum mau, saya pesankan tiketnya

Me : siapa mentornya ustadz?

Mudir : ust Syihabuddin Isy Karima dan ust Budi Ashari 

Untuk nama pertama aku sudah pernah dengar sebelumnya, dan pernah mengunjungi pesantren yang diasuh beliau. bahkan aku mau mondok disana aslinya, namun Allah memberi kejutan di pesantren lain. Adapun nama yang kedua aku belum “Dong” 😁

Me : mau ustadz

.

Berangkatlah kami ke seminar di Solo, disana aku mendapatkan ilmu dari beliau berdua tentang mengajarkan Al-Qur’an kepada anak². Disana juga aku sangat senang melihat penampilan anak² yang masya Allah, bacaan Qurannya bagus dan indah. Dengan nada “Dzikroni” khas daerah Soloan katanya.

.

Sebenarnya inti acara tersebut adalah beliau berdua mengenalkan Kuttab, suatu sistem pendidikan baru kita dengar karena terkubur oleh sistem pendidikan Belanda yang menghapusnya. Bahkan di akhir acara, ust Budi Ashari menawarkan bagi siapa saja orang tua atau beberapa orang yang ingin mendirikan Kuttab bahwa kesempatan terbuka sangat lebar.

Namun seperti di judul, aku Belum “Dong” yang kedua 😁

.

Dua “belum Dong” yang terjadi 3 atau 4 tahunan yang lalu itu, kini sudah mulai terjawab. Allah yang merencanakan ini semua. Lewat salah satu kawan ibuku memberitahu bahwa ada lowongan amal sholih di KAF Surabaya. Aku mendaftarkan diri & Alhamdulillah diterima.

.

Alhamdulillah sekarang aku belajar di KAF Surabaya, aku berjumpa dengan orang² baik dan shalih. Disini aku bisa berusaha dan belajar menjadi baik kepada mereka. Cocok untuk diriku yang baru berhijrah dan berusaha pingin jadi orang baik.

.

Disini & sekarang aku kadang suka kagum dengan skenario Allah, “Ya Allah, ternyata dua belum “Dong” tadi baru aku pahami setelah 3 atau 4 tahunan setelah kejadian.” 😊

.

Pean Do’ain aku ya…. Semoga aku diberi keikhlasan dalam mendidik generasi pembuka benteng Roma. Ikhlas lillahi ta’ala bukan untuk dipanggil ustadz maupun mencari “bidadari tak bersayap” 😁 

.

‘alaa kulli hal semua orang mempunyai kisah sendiri. Dan semoga tulisan ini bermanfaat buat pean

Setelah searching di YouTube, insyaallah ini videonya yang mengenalkanku kepada Kuttab. Aku mengenalinya dari pembahasannya, background-nya, dan suaranya yang kurang bening bila didengar.

Tinggalkan komentar